Nurul Amallia*
Remaja merupakan masa peralihan anak-anak menuju dewasa. Pada masa inilah, seseorang akan menghadapi banyak konflik terkait diri dan lingkungan sosialnya. Banyak perubahan serta perkembangan yang terjadi baik pada fisik, kognitif, maupun emosi saat remaja. Remaja awal cenderung memiliki tingkat keegoisan yang lebih tinggi, dirinya selalu merasa memiki pemikiran yang benar. Pada fase ini, remaja berada pada kebingungan mencari identitas dan karakter pribadinya. Mulai terdapat sekat antara dirinya dengan orang tua, sehingga hubungan dengan teman sebaya terkesan lebih erat daripada dengan orang tuanya.
Selain itu, fase remaja juga awal dari timbulnya rasa khawatir terhadap hubungan sosial, terutama pada teman sebaya. Oleh karena itu remaja pada fase ini akan mendapatkan pengaruh dari lingkungan pertemanan yang dijalani. Lebih istimewa pada remaja generasi Z saat ini. Banyak masyarakat yang menaruh perhatian pada generasi Z yang sering disebut-sebut generasi istimewa, dimanjakan oleh kemajuan ilmu dan teknologi menjadikan generasi Z pemalas. Namun disisi lain, kecerdasan generasi Z akibat dari kemajuan teknologi tak mampu diragukan lagi. Mereka pandai menggunakan teknologi untuk menembus kancah Internasional. Segala informasi dunia dapat diperoleh hanya dengan hitungan detik saja.
Karakteristik Gen Z
Generasi Z atau yang disebut juga Gen Z merupakan kelompok demografis yang kelahirannya pada kisaran tahun 1997 dan puncaknya pada tahun 2012. Remaja Gen Z cenderung lebih menuntut orang tua untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan apa yang dianggapnya benar. Maka diperlukan pola asuh yang berbeda dari generasi sebelumnya. Dalam pola asuhnya orang tua gen Z lebih memberi kebebasan untuk mengutarakan pendapat, memaklumi kesalahan anak, dan membiarkan anak mengambil keputusan sendiri. Dalam pola asuh yang diterapkan oleh orang tua gen Z, membuat mereka memiliki karakter yang berbeda dari generasi ke generasi.
Perbedaan karakter ini lah yang membuat para orang tua tidak mengalami konflik remaja seperti yang terjadi saat ini. Remaja saat ini terkhusus gen Z memiliki persoalan kenakalan remaja yang begitu pelik. Bahkan maraknya kenakalan remaja saat ini membuat risau khalayak umum. Presentase kenakalan remaja dari tahun ke tahun kian meningkat. Menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) per Bulan September 2023 menerima 1800 aduan kasus anak, 31,3% atau 563 dari 1800 anak mengadukan kasus Perlindungan Khusus Anak (PKA), yang dalam klaster PKA 14,0% atau 252 anak merupakan korban kejahatan seksual, disusul oleh laporan anak korban kekerasan fisik dan/atau psikis 7,8% atau 141 anak, kemudian anak berhadapan dengan hukum (sebagai pelaku) mencapai 1,8% atau 33 anak., dan 0,1% atau 1 anak memiliki perilaku sosial menyimpang
Kenakalan Remaja Gen Z
Aduan demi aduan turut “berseliweran” dalam berbagai media sosial, tidak sedikit masyarakat yang mengeluhkan tentang kualitas moral atau akhlak akan perilaku remaja saat ini. Banyak geng motor yang melakukan balapan liar hingga menimbulkan keresahan masyarakat. Tak hanya itu, penggunaan narkoba dan minuman keras pun bukan lagi hal tabu terlebih pada remaja perkotaan. Bentuk kenakalan remaja lainnya yang menyalahi hukum, seperti pencurian, perampokan, perkelahian yang menimbulkan kekerasan seperti yang marak terjadi beberapa bulan belakang yaitu kasus klitih dalam bahasa jawa memiliki kepanjangan Kliling Golek Getih (Keliling Cari Darah) membuat resah masyarakat. Klitih sudah menyebar hingga beberapa kota seperti Magelang, Yogyakarta, Solo, Sragen, Karanganyar, bahkan hingga wilayah Jawa Timur. Klitih akan keluar pada tengah malam, sehingga warga yang pulang kerja atau kerja saat shift malam merasa khawatir. Korbannya pun sudah sangat banyak, dan makin menyebar ke beberapa kota. Dari aparat negara sudah melakukan penyelidikan dan menangkap beberapa pelaku yang ternyata masih berusia remaja SMP dan SMA.
Kenakalan remaja gen Z selanjutnya yaitu terkait masalah penyimpangan seksual. Situs-situs negatif dalam jaringan sosial memudahkan remaja gen Z mendapatkan informasi-informasi negatif yang tidak layak ditonton, terlebih pada usianya yang masih muda. Hal tersebut dapat merusak otak dan psikisnya, sehingga menciptakan karakter yang buruk hasil dari tontonanya. Tidak hanya perilaku yang melanggar hukum pidana, remaja gen Z saat ini juga seringkali menyepelakan aturan yang berlaku dalam lingkungan sekolah. Mereka seringkali sengaja bolos sekolah, mengabaikan tugas sekolah, bahkan hingga tidak mementingkan prestasi belajarnya.
Naasnya, perilaku kenakalan remaja tersebut kadang dianggap keren oleh remaja lain. Stigma tersebut membuat remaja gen Z makin banyak yang mengikuti hal-hal meresahkan tersebut. Penyebab perilaku kenakalan remaja bukan hanya akibat meluasnya jaringan sosial yang menganggap mereka keren, namun juga karena pergaulan remaja kini yang jauh dari kata bermoral. Keluar malam adalah hal yang lumrah bagi remaja kini, bukan hanya itu berpacaran pun tidak lagi sesuatu yang tabu seperti zaman dahulu. Pergaulan yang semakin bebas mengikuti karakter budaya barat turut diikuti oleh kaum remaja gen Z kini.
Menurunnya Adab dan Sopan Santun Remaja Gen Z
Tak hanya perilaku menyimpang, kebanyakan orang juga berpendapat bahwa Gen Z kurang memiliki kesopanan dikarenakan salah satunya pengasuhan keluarga yang sifatnya permisif. Terlebih budaya barat yang terus menerus masuk melalui perkembangan teknologi, membuat remaja gen Z lebih mengikuti budaya barat daripada budayanya sendiri. Menurunnya budaya santun remaja saat ini mampu dilihat dari tutur katanya, mereka cenderung kurang memiliki etika bertutur kata terlebih pada orang yang lebih tua. Tidak hanya bertutur kata, namun dalam tingkah laku dan cara berpakaiannya pun turut menjadi sorotan generasi terdahulu terutama pakaian kaum muslim. Misalnya, muslimah yang mengenakan hijab saat ini terlihat hanya sekedar formalitas, tidak mengikuti ajaran agama Islam justru mereka malah mengikuti trend dalam media sosial. Mengenakan pakaian ketat, hijab terbuka, bahkan dengan sengaja mengeluarkan sedikit rambut sebagai motif hijab. Apabila ditegur, mereka akan dengan terang-terangan mengekspresikan perasaan tidak suka, terhadap orang tua sekalipun. Adab, sopan santun, dan akhlak generasi remaja gen Z saat ini sungguh mengkhawatirkan. Sehingga diperlukannya pola asuh yang tepat untuk menciptakan akkhlakul karimah generasi Z saat ini.
Pembentukan Akhlakul Karimah Remaja Gen Z
Akhlakul karimah merupakan akhlak terpuji atau disebut juga perilaku baik yang sesuai dengan ajaran Hadist dan Al-Qur’an. Dengan arti luasnya, seseorang dapat dikatakan memiliki akhlakul karimah ketika segala ucapan dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari bertolak pada Hadist dan Al-Qur’an. Akhlakul karimah dapat terbentuk melalui pola asuh yang diterapkan oleh orang tua. Oleh karena itu diperlukan pembentukan akhlak yang baik pada anak terkhusus remaja yang sedang mencari identitas dalam diri.
Pembentukan akhlak digaungkan dalam metode pembalajaran di lingkungan sekolah. Sekolah bukan hanya tempat untuk memperoleh pendidikan, namun juga sebagai tempat pembentukan karakter anak. Dalam praktiknya anak memang lebih banyak menghabiskan waktu dalam lingkungan sekolahnya, sehingga apapun yang terjadi dalam lingkup sekolah dapat menjadi faktor utama perilaku anak. Diperlukan pendidik dan tenaga kependidikan yang mampu memberi contoh yang baik pada peserta didik. Melalui pendidikan karakter dalam lingkungan sekolah mampu menciptakan karakter seseorang yang sejalan dengan norma-norma dalam kehidupan. Dibutuhkan teknik pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya, karena remaja gen Z memiliki keistimewaan dalam pola pikir. Remaja gen Z cenderung lebih logis dalam melihat keadaan.
Tidak hanya pembelajaran pendidikan karakter namun juga dibutuhkan pelatihan yang konsisten. Sebagai contoh membentuk karakter nasionalis dalam diri, hal ini membutuhkan pelatihan menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum memulai pembelajaran, atau dengan melakukan upacara bendera setiap hari senin. Contoh lain untuk menumbuhkan ketaatan dalam diri dengan melakukan pelatihan seperti berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, kemudian mengadakan program baca tulis Al-Qur’an. Dengan metode pembelajaran dan pelatihan yang tepat mampu membentuk karakter remaja gen Z sesuai dengan yang diharapkan.
Tahapan pembentukan dan perkembangan akhlak menurut Al-Ghazali dalam teks kitab Ihya Ulumuddin bab riyadhah an-nafs (pelatihan jiwa) dibagi menjadi tiga tahapan berdasarkan usia anak yaitu sebagai berikut (Fransiska, 2020). Tahapan pertama (lahir – 7 tahun), tahap ini bentuk penerimaan anak berupa stimulus, imitasi dan respon sehingga apa yang menjadi kebiasaan orang tua akan dicontoh anaknya. Sebagai contoh, makan menggunakan tangan kanan, membaca doa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu, dan sebagainya. Tahapan kedua (7 – 15 tahun), tahap ini anak harus diajarkan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah SWT, begitupun dengan menanamkan rasa takut pada anak agar tidak melakukan perbuatan tercela. Pada tahap inilah pertumbuhan anak akan menciptakan karakternya saat dewasa kelak. Tahapan ketiga (15 tahun ke atas), tahap ini stimulus yang terjadi akan memberi respon spontan yang ajeg, sehingga apabila seseorang memiliki akhlak terpuji maka hal itu merupakam karakter dalam dirinya.
Untuk membentuk karakter seseorang dibutuhkan pola asuh, pendidikan, pengawasan, dan pembiasaan sejak dini. Orang tua harus lebih memperhatikan tumbuh kembang anak baik di lingkungan rumah maupun sosialnya. Dengan kepribadian ber-akhlakul karimah, seseorang akan terhindar dari maraknya perilaku tercela yang saat ini sungguh menjadi perbincangan khalayak umum.
Pentingnya Pembentukan Akhlak Pada Remaja Gen Z
Dengan membentuk akhlak yang baik pada anak, mampu membuat anak memiliki benteng pertahanan diri terhadap hal-hal negatif yang mungkin akan memicu perilaku buruk dalam diri. Sehingga ketika anak sudah ditanamkan nilai-nilai kebaikan, maka Ia akan dapat menyaring hal-hal negatif dari lingkungan sosial. Anak juga akan mampu mengendalikan diri agar tidak melakukan perbuatan tercela. Anak dibekali pengetahuan terkait konsekuensi apa yang akan diperolehnya, sehingga Ia akan lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu serta dalam mengambil keputusan yang berdampak pada dirinya dan orang disekitar. Ia akan mampu membedakan hal yang baik dan buruk, hal yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
Pembentukan akhlakul karimah pada remaja generasi Z kini mampu menjadi benteng pertahanan dalam menyaring informasi terutama kancah Internasional yang tidak baik untuk ditiru. Remaja gen Z yang diberi pola asuh seperti yang disebutkan di atas, akan lebih meminimalisir resiko kenakalan remaja seperti yang marak diberitakan. Tak lupa untuk menanamkan nilai-nilai, moral, dan aturan pada anak terkhusus remaja gen Z agar tidak meninggalkan budaya sopan santun yang sudah menjadi ciri khas Negara Indonesia. Tidak melupakan adat istiadat dan senantiasa menghargai budaya setempat.
*Mahasiswa Psikologi Islam UIN Raden Mas Said Surakarta