24 June 2025

Merajut Kesejahteraan Psikologis melalui Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM): Strategi Pemulihan Mantan Pengguna Narkoba

Oleh: Riska Rahma Suciyani *

Penyalahgunaan narkoba merupakan persoalan transnasional yang tidak hanya mengancam aspek kesehatan individu, tetapi juga merusak struktur sosial dan melemahkan kualitas sumber daya manusia. Di Indonesia, penyalahgunaan narkoba mengalami peningkatan signifikan dalam satu dekade terakhir. Fakta ini menunjukkan bahwa pendekatan represif semata tidak cukup efektif. Oleh karena itu, strategi penanganan narkoba perlu bergeser dari paradigma hukuman menjadi pendekatan pemulihan yang lebih komprehensif, meliputi dimensi medis, psikososial, dan komunitas.
Salah satu pendekatan alternatif yang berkembang adalah Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM), yang menawarkan peran aktif masyarakat dalam proses rehabilitasi mantan pengguna narkoba. Esai ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara argumentatif dan ilmiah bagaimana IBM berkontribusi dalam pemulihan korban penyalahgunaan narkoba, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis mereka.

Narkoba dan Tantangan Pemulihan Psikososial

Zat-zat psikoaktif dalam Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (Napza) dapat mengubah fungsi otak dan sistem saraf pusat, yang berimplikasi pada gangguan perilaku, emosi, dan kognisi (WHO, 2022). Penggunaan berkepanjangan menyebabkan krisis identitas, keterasingan sosial, serta gangguan fungsi psikologis dan sosial. Menurut Metia (2021), mantan pengguna narkoba cenderung mengalami rendahnya harga diri, disorientasi tujuan hidup, dan gangguan hubungan sosial.

Dalam konteks pemulihan, pendekatan medis seperti detoksifikasi memang penting, tetapi tidak cukup. Diperlukan strategi yang menekankan pada pemulihan psikososial dan kesejahteraan psikologis. Ryff (1989) menyatakan bahwa kesejahteraan psikologis terdiri atas enam dimensi: penerimaan diri, hubungan positif, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pengembangan pribadi. Keenam aspek ini menjadi indikator penting untuk menilai keberhasilan pemulihan mantan pengguna narkoba secara holistik.

Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM): Konsep dan Tujuan

Program IBM merupakan inovasi Badan Narkotika Nasional (BNN) yang berfokus pada pendekatan pemulihan berbasis komunitas. Dalam kerangka ini, masyarakat tidak lagi menjadi objek, tetapi menjadi subjek aktif dalam proses rehabilitasi. IBM bertumpu pada prinsip community-based intervention dengan menekankan partisipasi lokal, pendekatan preventif, dan pendampingan yang berkelanjutan (Sujastiawan, Ramanda, & Muslim, 2024).

Pelaksanaan IBM dipercayakan kepada Agen Pemulihan (AP), yaitu warga lokal yang telah mengikuti pelatihan dan memiliki pengetahuan dasar tentang pendampingan korban narkoba. Keunggulan pendekatan ini adalah kemudahan akses, biaya rendah, serta fleksibilitas dalam pelaksanaan. Selain itu, pendekatan IBM meminimalkan stigma yang kerap melekat dalam lembaga rehabilitasi formal.

Argumentasi Ilmiah: IBM sebagai Strategi Psikososial

Secara teoritis, IBM dapat dijelaskan melalui dua pendekatan: psikologi komunitas dan psikologi positif. Dalam perspektif psikologi komunitas, pemulihan adiksi tidak hanya melibatkan aspek individu, tetapi juga memerlukan partisipasi komunitas dalam menciptakan lingkungan yang mendukung proses pemulihan (Rappaport, 1981). IBM merepresentasikan upaya pemberdayaan komunitas agar mampu menjalankan fungsi preventif dan kuratif terhadap penyalahgunaan narkoba.
Dalam perspektif psikologi positif, IBM juga mendukung penguatan aspek kesejahteraan psikologis. Interaksi sosial yang positif dalam komunitas, rasa memiliki, dan keterlibatan aktif terbukti dapat mempercepat proses pemulihan korban. Pendekatan IBM memfasilitasi transformasi identitas sosial mantan pengguna narkoba dari individu terpinggirkan menjadi bagian aktif masyarakat. Hal ini sesuai dengan teori desistance dalam kriminologi, yang menekankan pentingnya perubahan naratif diri (narrative identity) sebagai indikator pemulihan jangka panjang.

Refleksi Lapangan: PPL sebagai Ruang Belajar Transformatif

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) yang dilakukan di BNN Provinsi Jawa Tengah memperlihatkan dimensi praktis dari teori rehabilitasi berbasis komunitas. Interaksi langsung dengan Agen Pemulihan, mantan pengguna narkoba, serta fasilitator BNN memperkuat pemahaman bahwa pemulihan bukanlah proses medis semata, tetapi merupakan proses sosial yang kompleks dan kontekstual. Dalam praktiknya, Agen Pemulihan tidak hanya memberikan layanan pendampingan, tetapi juga membangun therapeutic alliance dengan korban, yaitu relasi yang berbasis empati, kepercayaan, dan kesetaraan (Horvath & Bedi, 2002). Relasi ini menciptakan ruang aman yang memungkinkan korban mengakses dukungan emosional dan sosial secara berkelanjutan.
Temuan-temuan tersebut menunjukkan bahwa pendekatan IBM berperan penting dalam menurunkan resistensi terhadap rehabilitasi. Dukungan sosial yang terbentuk dalam komunitas, serta keterlibatan masyarakat dalam edukasi dan advokasi, berkontribusi dalam mengurangi stigma terhadap mantan pengguna narkoba. Hal ini menunjukkan bahwa rehabilitasi yang efektif harus mengintegrasikan aspek psikososial, relasional, dan kultural.

Terdapat salah satu IBM di Kota semarang yang berperan dalam program preventif yang dinaungi oleh BNNP Jawa Tengah, yakni IBM Mekar Berseri yang tepatnya berada di Kelurahan Purwosari, Kecamatan Semarang Utara. BNNP Jawa Tengah sering menerjunkan mahasiswa PPL/Magang ke IBM Mekar Berseri dan ditugaskan untuk melaksanakan program preventif serta membantu IBM untuk membina mantan pecandu narkoba dalam masa pemulihan.  

Berikut contoh kegiatan preventif yang dilaksanakan oleh mahasiswa:

  1. “Rebranding Yourself” yang difokuskan pada pemuda usia 18–28 tahun yang telah lulus sekolah dan mulai memasuki dunia kerja. Program ini bertujuan membangun kesadaran diri, penguatan identitas, serta motivasi hidup sehat dan bebas dari penyalahgunaan narkoba.

  1.  “Mimpiku Warnaku”, difokuskan bagi remaja usia 12–18 tahun Kelurahan Purwosari. Program ini berfokus pada penguatan motivasi , mimpi dan cita-cita remaja melalui pendekatan psikologis dan kreatif.

 

 


 

Penelitian Ikhsan dan Arisandy (2021) menunjukkan bahwa pendekatan berbasis komunitas efektif dalam meningkatkan dimensi penerimaan diri dan pengembangan pribadi mantan pengguna narkoba. Selain itu, keterlibatan komunitas terbukti dapat menurunkan risiko kekambuhan (relapse) karena menciptakan kontrol sosial informal dan dukungan emosional.

Studi serupa oleh Nadir, Tawakkal, dan Kartini (2019) menyoroti pentingnya edukasi berbasis komunitas dalam menanamkan kesadaran bahaya narkoba secara kultural. Edukasi yang diberikan oleh tokoh masyarakat memiliki tingkat efektivitas lebih tinggi karena bersifat kontekstual dan komunikatif. Namun demikian, efektivitas IBM sangat bergantung pada kompetensi Agen Pemulihan. Tanpa pelatihan dan supervisi berkelanjutan, pelaksanaan program dapat mengalami penyimpangan dan penurunan kualitas. Oleh karena itu, aspek pelatihan SDM menjadi kunci keberhasilan IBM secara nasional.

Tantangan Implementasi dan Implikasi Kebijakan

Meskipun memiliki keunggulan, IBM menghadapi sejumlah tantangan struktural. Pertama, stigmatisasi sosial terhadap mantan pengguna narkoba masih tinggi, yang dapat menghambat proses integrasi sosial. Kedua, keterbatasan koordinasi lintas sektor menyebabkan terjadinya fragmentasi kebijakan antara BNN, dinas kesehatan, dan lembaga sosial. Ketiga, ketimpangan pendanaan antar wilayah menghambat pemerataan implementasi IBM di seluruh Indonesia. Beberapa daerah masih mengandalkan inisiatif LSM tanpa dukungan anggaran yang berkelanjutan. Keempat, keterbatasan data evaluatif menyebabkan sulitnya pengukuran dampak program secara kuantitatif.

Merespons tantangan ini, pemerintah perlu memperkuat regulasi dan dukungan sistemik terhadap IBM. Alokasi dana khusus, integrasi lintas sektor, serta pengembangan riset berbasis bukti harus menjadi prioritas dalam reformasi kebijakan rehabilitasi nasional.

Penutup

Intervensi Berbasis Masyarakat menghadirkan paradigma baru dalam rehabilitasi korban narkoba yang lebih inklusif, humanistik, dan berkelanjutan. Dengan menempatkan masyarakat sebagai agen pemulihan, IBM membuka ruang kolaboratif dalam membangun ketahanan sosial sekaligus memulihkan kesejahteraan psikologis individu.

Pemulihan sejati tidak hanya ditandai oleh hilangnya ketergantungan terhadap zat, tetapi juga oleh kembalinya individu pada fungsi sosial yang bermakna. IBM menawarkan mekanisme yang mendekatkan layanan kepada masyarakat, menghapus stigma, dan memperkuat kapasitas komunitas untuk berkontribusi dalam penanganan narkoba secara partisipatif.

Ke depan, keberhasilan IBM sangat ditentukan oleh keberanian untuk terus mengembangkan kebijakan berbasis komunitas yang berpihak pada pemulihan, bukan sekadar penghukuman. Dalam konteks ini, IBM bukan hanya program sosial, tetapi juga representasi dari keadilan restoratif dan tanggung jawab kolektif dalam merawat kemanusiaan.

 

*Mahasiswa Psikologi Islam Angkatan 2022

Merajut Kesejahteraan Psikologis melalui Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM): Strategi Pemulihan Mantan Pengguna Narkoba