Sukoharjo, 11 Juli 2025. Setiap awal semester di Program Studi Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN Raden Mas Said Surakarta selalu menjadi momen istimewa. Di balik rutinitas persiapan perkuliahan, ada satu kegiatan yang menegaskan bahwa perjalanan akademik bukan sekadar urusan administrasi, melainkan juga ruang refleksi dan perencanaan yang matang. Bimbingan akademik hadir sebagai wadah mahasiswa dan dosen pembimbing akademik (DPA) untuk bertemu, berdialog, dan menyusun strategi agar perjalanan studi benar-benar terarah dan bermakna. Semester Ganjil 2025/2026 ini, bimbingan akademik kembali digelar secara serentak, mengundang seluruh mahasiswa aktif, dari angkatan baru di semester satu hingga para pejuang skripsi di semester akhir. Digelar secara daring, forum ini diikuti ratusan mahasiswa lintas angkatan yang membawa beragam cerita, tantangan, dan harapan.
Mengusung tema “Waras, Woles, dan Wisuda: Academic Adjustment ala Mahasiswa Psikologi Islam”, bimbingan akademik kali ini terasa hangat sekaligus menampar halus kesadaran banyak mahasiswa. Dr. Retno Pangestuti, M.Psi., Psikolog, Ketua Jurusan Psikologi dan Psikoterapi, mengingatkan bahwa menjadi mahasiswa bukan hanya soal pintar mengikuti mata kuliah, tetapi juga soal kemampuan bertahan di tengah tekanan tugas, rapat organisasi, konflik batin, hingga skripsi. Menurutnya, mahasiswa harus mampu menjaga kewarasan mental, tetap tenang di tengah tekanan, dan tetap fokus agar target wisuda tercapai. Sederhana, tetapi sarat makna. “Waras dulu, baru produktif,” demikian pesannya yang membekas di benak banyak peserta.
Maharani Tyas Budi Hapsari, M.Psi., Psikolog, yang akrab disapa Bu Rani, menegaskan pentingnya kemampuan penyesuaian akademik atau academic adjustment. Bu Rani menjelaskan bagaimana mahasiswa harus pintar mengatur strategi belajar, manajemen waktu, hingga pengelolaan stres. Penyesuaian akademik inilah yang menjadi bekal agar mahasiswa tidak sekadar bertahan, tetapi juga konsisten meraih capaian akademik, menjaga kesehatan mental, serta menyiapkan diri menghadapi skripsi dan dunia kerja. Mahasiswa semester awal diarahkan untuk fokus beradaptasi dengan pola belajar perguruan tinggi, mengenal dosen, hingga membangun jejaring. Sementara mereka yang berada di semester menengah dan akhir mulai disadarkan pentingnya memeriksa kurikulum, memastikan tidak ada mata kuliah yang terlewat, dan menyusun strategi menuju penyelesaian skripsi.
Dalam kesempatan ini, Triyono Sukis, M.Si., Kaprodi Psikologi Islam, turut mengingatkan teknis pengisian KRS sebagai langkah krusial. Baginya, KRS bukan sekadar form online yang diisi lalu ditandatangani. Di situlah mahasiswa memilih jalur studi, menentukan beban SKS, menyesuaikan dengan IPK, dan merancang ritme perkuliahan agar tidak berbenturan. Bimbingan akademik pun menjadi ajang klarifikasi, terutama terkait jalur kurikulum terbaru. Prodi Psikologi Islam mengelola dua kurikulum aktif, 2022 dan 2024, yang jalur mata kuliahnya berbeda. Kesalahan memilih kelas atau prasyarat bisa berdampak panjang. Di sinilah kehadiran DPA sangat vital sebagai mitra diskusi. Tidak sedikit mahasiswa yang gagal yudisium karena satu SKS yang luput di KRS atau lupa mencatat ulang KKL, PPL, atau KKN padahal kegiatannya sudah dijalani.
Bimbingan akademik juga menjadi forum yang membangun kesadaran bahwa setiap fase studi membawa tuntutan yang berbeda. Mahasiswa semester satu fokus membangun pondasi melalui mata kuliah dasar, memperkuat landasan keilmuan dan spiritual. Semester tiga menjadi titik balik penting, di mana mahasiswa mulai memetakan minat dan jalur keahlian, sekaligus belajar memahami rantai prasyarat. Bagi semester lima, ini saatnya menyusun proposal magang dan mematangkan peminatan bidang—Psikologi Klinis, Pendidikan, Sosial, atau Industri dan Organisasi. Sementara semester tujuh hingga akhir adalah masa untuk menyisir kembali semua syarat akademik, menuntaskan MKPI, dan mempersiapkan skripsi secara serius.
Bagi mahasiswa yang baru kembali dari cuti, bimbingan akademik menjadi panduan strategis untuk menata ulang langkah. Tidak jarang, masa cuti membuat jalur kurikulum berubah. Mata kuliah lama diganti, muncul kurikulum baru, hingga SKS harus dikonversi. Semua ini butuh kejelian dan komunikasi intensif dengan prodi. Satu yang ditekankan: jangan pasif. Mahasiswa diajak sadar bahwa perjalanan akademik adalah tanggung jawab pribadi. DPA hadir untuk mendampingi, tetapi peran utama tetap di tangan mahasiswa itu sendiri.
“Terlalu banyak kisah yang bisa menjadi pelajaran. Mahasiswa yang sudah menulis skripsi sampai bab akhir, namun gagal yudisium karena masih ada mata kuliah yang belum diambil. Ada yang harus menambah satu semester penuh hanya karena Nilai mata kuliah tertentu yang terlewat. Bahkan, tidak sedikit yang harus menghadapi pilihan pahit: mengundurkan diri atau terkena Drop Out karena tidak menyelesaikan kewajiban hingga semester ke-14.” Tegas Triyono.
Melalui bimbingan akademik semester ganjil ini, Prodi Psikologi Islam ingin menegaskan bahwa perjalanan kuliah bukan sekadar menggugurkan kewajiban SKS. Setiap langkah harus dipetakan dengan sadar. Skripsi bukan untuk ditunda, tetapi diselesaikan. Gelar bukan sekadar simbol, tetapi pintu awal pengabdian dan kontribusi. Semangat waras, woles, dan wisuda menjadi pengingat sederhana namun penuh makna: jaga kewarasan, atur ritme, dan wujudkan kelulusan sebagai pencapaian yang membanggakan, bukan sekadar angka di transkrip. Bagi para mahasiswa Psikologi Islam UIN Raden Mas Said Surakarta, inilah bekal untuk menumbuhkan arah dan menguatkan langkah. Catatan lengkap tentang kegiatan ini dapat dibaca didesk opini psikologi pada judul "Menumbuhkan Arah, Menguatkan Langkah: Catatan dari Bimbingan Akademik Mahasiswa Psikologi Islam Semester Ganjil 2025/2026" Informasi lebih lanjut mengenai Program Studi Psikologi Islam UIN Raden Mas Said Surakarta dapat diakses melalui akun resmi Instagram di pi.uinsurakarta. (Tj*)