14 July 2025

Menumbuhkan Arah, Menguatkan Langkah: Catatan dari Bimbingan Akademik Mahasiswa Psikologi Islam Semester Ganjil 2025/2026 (1)

Oleh Triyono Sukis1, Mufarridah Layalia2

Setiap awal semester, suasana akademik di kampus UIN Raden Mas Said Surakarta selalu dipenuhi oleh semangat yang segar. Mahasiswa kembali dengan niat yang diperbarui, dosen bersiap dengan materi-materi terbaik yang telah dirancang, dan pengelola program studi pun sibuk memastikan bahwa setiap komponen berjalan sesuai dengan visi akademik institusi.

Namun, di antara semua dinamika itu, terdapat satu momen yang menjadi titik temu antara harapan dan perencanaan: “Bimbingan Akademik”. Kegiatan ini bukan sekadar rutinitas administratif, tetapi merupakan ruang dialog dan refleksi antara mahasiswa dan dosen pembimbing akademik (DPA), antara rencana dan realitas, antara niat untuk tumbuh dan strategi untuk melangkah.

Pada semester Ganjil 2025/2026 ini, seperti tradisi di Prodi Psikologi Islam setiap awal semester, Tepat pada Jumat, 11 Juli 2025Bimbingan Akademik kembali digelar secara serentak dan menyeluruh, melibatkan seluruh mahasiswa aktif Prodi Psikologi Islam—dari angkatan termuda di semester 1 hingga para pejuang akhir di semester 13. Bimbingan dilakukan secara online. Masing-masing hadir dengan kebutuhan dan tantangan yang berbeda, namun semua disatukan dalam satu benang merah: bagaimana merancang perjalanan akademik yang utuh, sadar, dan terarah.

Mahasiswa semester awal berdiskusi tentang adaptasi perkuliahan, strategi membangun ritme belajar, dan menyusun fondasi karakter ilmiah. Sementara itu, mahasiswa di semester menengah mulai menyusun prioritas antara mata kuliah teoritis dan praktikum, menyelaraskan aktivitas organisasi dan akademik, hingga mempersiapkan langkah-langkah menuju skripsi. Sedangkan mereka yang berada di semester akhir melakukan pengecekan final terhadap mata kuliah wajib, status nilai, serta menyusun strategi penyelesaian skripsi dan yudisium.

Bimbingan Akademik ini bukan hanya soal mengisi KRS. Ia adalah cermin untuk menakar kesiapan, kompas untuk menumbuhkan arah, dan energi untuk menguatkan langkah. Di tengah tantangan akademik, kehidupan pribadi, dan kadang ketidakpastian, kegiatan ini menjadi momen untuk mengambil jeda dan bertanya: sudah sejauh apa saya berjalan? Sudah sejauh mana saya memahami tujuan saya di dunia akademik ini?

Dengan semangat dialog, kehangatan bimbingan, dan kesadaran untuk bertumbuh, Bimbingan Akademik Prodi Psikologi Islam menjadi ruang yang tidak hanya mengurus SKS, tetapi juga membentuk sense of direction—rasa memiliki arah dalam proses menjadi ilmuwan, insan pembelajar, sekaligus manusia beriman.                                   

Mengusung Semangat Waras, Woles, dan Wisuda

Semester Ganjil ini Program Studi Psikologi Islam kembali menghadirkan bimbingan akademik dengan tema yang tidak hanya relevan, tetapi juga sangat dekat dengan dunia mahasiswa: “WARAS, WOLES, DAN WISUDA: Academic Adjustment ala Mahasiswa Psikologi Islam untuk Survive di Mata Kuliah Inti Prodi.”

Tema ini sederhana, terdengar santai, bahkan memancing senyum. Namun, di dalamnya terkandung filosofi mendalam: bahwa belajar tidak cukup hanya dengan rajin hadir di kelas dan mengerjakan tugas. Lebih dari itu, mahasiswa harus bisa menjaga kewarasan mental (waras), mengelola stres dengan tenang (woles), dan tetap teguh mengejar target akademik hingga wisuda tiba.

Dalam forum Bimbingan Akademik kali ini, hadir Dr. Retno Pangestuti, M.Psi., Psikolog, Ketua Jurusan Psikologi dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN Raden Mas Said Surakarta. Sosok yang dikenal hangat dan tegas ini membawakan sesi Motivational Talk dengan pendekatan yang sangat praktis, membumi, dan dipenuhi contoh-contoh nyata dari pengalaman panjang beliau dalam mendampingi mahasiswa.

“Menjadi mahasiswa itu bukan hanya soal pintar,” ungkap Dr. Retno di hadapan ratusan mahasiswa lintas angkatan. “Tetapi soal mampu bertahan. Tekanan tugas, rapat organisasi, praktikum, konflik batin, skripsi—semua itu menuntut kita untuk kuat, tapi juga tetap tenang. Kita harus waras dulu, baru bisa produktif.”

Kalimat itu sontak menampar lembut banyak mahasiswa yang mungkin selama ini merasa harus sempurna dalam segala hal. Dalam gaya khasnya yang santai namun reflektif, Dr. Retno mengingatkan bahwa “woles” bukan berarti malas atau tidak serius. Woles, dalam konteks mahasiswa Psikologi Islam, adalah sikap batin yang tahu kapan harus berhenti sejenak, bernapas, dan kembali dengan strategi yang lebih matang. “Woles itu bukan pasrah, tapi sadar. Sadar akan kapasitas diri, sadar bahwa kita butuh bantuan, sadar bahwa tidak semua bisa dikerjakan dalam satu waktu. Tapi yang penting, kita tetap jalan,” tambahnya sambil menyelipkan senyum khas penuh empati.

Academic Adjustment: Bekal Bertahan di Tengah Tantangan

Menemani Dr. Retno, hadir pula Maharani Tyas Budi Hapsari, M.Psi., Psikolog, dosen Psikologi Islam yang akrab disapa Bu Rani. Dengan pembawaan santai, Bu Rani menjelaskan bagaimana penyesuaian akademik (academic adjustment) adalah kemampuan penting yang harus dikuasai mahasiswa.

Bu Rani—sapaan akrab untuk Maharani Tyas Budi Hapsari, M.Psi., Psikolog—menyampaikan bahwa academic adjustment ala mahasiswa Psikologi Islam menekankan pentingnya strategi penyesuaian diri secara menyeluruh, terutama dalam menghadapi mata kuliah inti di Program Studi Psikologi Islam. Penyesuaian akademik ini mencakup kemampuan menyusun strategi belajar yang efektif, manajemen waktu yang baik, pengelolaan stres, menjalin keterlibatan dengan lingkungan sosial, dan mengevaluasi kemajuan secara rutin. Semua itu menjadi kunci agar mahasiswa tetap waras, tenang (woles), dan fokus dalam menempuh perjalanan menuju kelulusan.

Bagi mahasiswa semester awal hingga pertengahan, academic adjustment menjadi bekal penting untuk fokus dan konsisten dalam mengejar bidang mayor sesuai dengan peminatan yang ingin diambil, mengenali pola tugas, serta belajar membagi waktu antara kewajiban akademik, kegiatan organisasi, dan aktivitas pribadi lainnya. Sementara itu, bagi mahasiswa semester akhir, penyesuaian ini memiliki peran strategis dalam membantu mereka menyelesaikan skripsi, mengurus administrasi kelulusan, dan menghadapi tekanan mental menjelang masa transisi menuju dunia kerja atau studi lanjut. Dengan kemampuan penyesuaian akademik yang tepat, mahasiswa tingkat akhir diharapkan mampu tetap produktif, tidak menunda penyusunan tugas akhir, menetapkan target yang realistis, menjalin komunikasi intensif dengan dosen pembimbing, serta menjaga semangat dan motivasi hingga akhirnya mencapai tahapan wisuda. Secara umum, academic adjusment membantu mahasiswa untuk fokus dan konsisten dalam menjalani perkuliahan, mempersiapkan masa depan hingga karir setelah lulus, serta mengurangi kecemasan serta stres akademik.

Pengisian KRS: Tanda Tangan yang Menentukan Jalur

Dalam bimbingan akademik, Triyono Sukis, M.Si., selaku Kaprodi Psikologi Islam, juga hadir memaparkan teknis pengisian Kartu Rencana Studi (KRS). Beliau menegaskan, KRS bukan hanya soal input data di portal akademik. Di sana mahasiswa menentukan langkah: memilih mata kuliah sesuai semester, memastikan tidak melanggar prasyarat, dan menata beban SKS agar tidak berlebih.

Tahun ini, pengisian KRS dijadwalkan pada 18–21 Juli 2025 melalui sistem SIAKAD. Mahasiswa diingatkan untuk memeriksa kurikulum terbaru. Prodi Psikologi Islam kini mengelola dua kurikulum aktif, yaitu Kurikulum 2022 dan 2024, yang keduanya punya jalur mata kuliah yang kadang mirip, kadang berbeda. Dokumen kurikulum selalu diperbarui dan dapat diakses di: https://pi.fud.uinsaid.ac.id/id/kurikulum-3.

Satu hal penting: seluruh KRS harus disahkan oleh Dosen Pembimbing Akademik (DPA). Bagi prodi, DPA bukan sekadar penandatangan administrasi. DPA adalah mitra diskusi mahasiswa. Bersama DPA, mahasiswa menimbang beban SKS, menyesuaikan IPK semester sebelumnya, dan merumuskan strategi agar jalur kuliah tidak terhambat.

Setiap Semester Punya Cerita

Semester 1: Bab Awal untuk Belajar Adaptasi

Mahasiswa baru memulai langkah awal di dunia perkuliahan dengan sistem paket. Sebanyak 20 SKS telah dirancang rapi dan padat, mencakup berbagai mata kuliah dasar sebagai fondasi intelektual dan spiritual. Di semester ini, mahasiswa belum diperkenankan memilih lintas kelas atau lintas program. Fokus utama diarahkan pada adaptasi akademik dan sosial, mengenal pola belajar perguruan tinggi, memahami karakter dosen, serta mulai membangun jejaring pertemanan.

Beberapa mata kuliah umum seperti Pancasila, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris memperkuat kapasitas kebangsaan dan keterampilan komunikasi dasar. Di sisi lain, mata kuliah seperti Ilmu Fikih, Metodologi Studi Islam, dan Bahasa Arab memberikan pengantar penting terhadap khazanah keilmuan Islam, yang menjadi napas utama dalam program studi Psikologi Islam.

Fondasi psikologi mulai dikenalkan melalui Sejarah dan Aliran Psikologi, serta Psikologi Kognitif, sebagai pintu masuk memahami teori dan dinamika kejiwaan manusia. Menariknya, sejak semester awal mahasiswa sudah dikenalkan pada mata kuliah Manusia dalam Perspektif Islam, sebagai ciri khas Psikologi Islam yang memadukan pendekatan ilmiah dengan nilai-nilai spiritual.

Semester pertama ini bukan hanya tentang akademik, tetapi juga fase pembentukan karakter mahasiswa sebagai insan ilmiah sekaligus spiritual, sebuah awal yang strategis untuk perjalanan panjang sebagai calon psikolog muslim.

Lanjutkan tulisan berikutnya .....

Menumbuhkan Arah, Menguatkan Langkah: Catatan dari Bimbingan Akademik Mahasiswa Psikologi Islam Semester Ganjil 2025/2026 (1)