18 September 2025

Menyelami Jiwa dan Ilmu: NGOPSI 2025 Hadirkan Wawasan Psikologi Islam yang Holistik

Sukoharjo, Kamis, 18 September 2025. Aula Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (FUD) UIN Raden Mas Said Surakarta dipenuhi semangat mahasiswa baru yang mengikuti acara NGOPSI (Ngobrol Psikologi) yang diselenggarakan oleh Departemen Keilmuan HMPS PSikologi Islam. Mengusung tema “Datang Kuliah Cari Kawan Baru, Psikologi Islam Jadi Jalanmu”, kegiatan ini menjadi salah satu agenda penyambutan mahasiswa baru Program Studi Psikologi Islam.

Hadir sebagai pembicara adalah Kaprodi Psikologi Islam Triyono Sukis, M.Si. Dalam paparan mengenai hakikat Psikologi Islam sebagai kajian keilmuan dan Kelembagaan. Psikologi Islam sebagai disiplin ilmu yang memadukan psikologi modern dengan ajaran Islam. Dalam sambutannya, ia mengucapkan selamat datang kepada mahasiswa baru sekaligus menekankan bahwa kuliah Psikologi Islam tidak sekadar mata kuliah biasa, melainkan jalan untuk memahami manusia secara lebih menyeluruh.

Triyono menjelaskan mengkaji psikologi Islam dapat diawali dengan memahami psikogi secara umum baru ke Psikologi islam secara khusus, mulai pengenalan dasar, sejarah, dan ruang lingkup Psikologi Islam. Mahasiswa juga diajak menelusuri kontribusi penting tokoh-tokoh klasik, melihat perkembangan kontemporer, serta membandingkan pandangan Islam dan Barat tentang manusia. Topik seperti jiwa, fitrah, kepribadian, kesehatan mental, hingga psikoterapi Islami akan dikaji secara mendalam. “Tujuan akhirnya adalah agar mahasiswa mampu mengintegrasikan pengetahuan ini untuk menjawab persoalan kesehatan mental sekaligus berperan dalam pengembangan Psikologi Islam di masa depan,” ungkapnya.

Lebih jauh, Triyono menekankan pentingnya sinergi antara Psikologi Barat dan Psikologi Islam. Psikologi Barat, dengan metodologi empirisnya, memang memiliki keunggulan dalam menjelaskan perilaku dan proses biologis manusia secara sistematis. Namun, pendekatan tersebut kerap bersifat reduksionis karena cenderung mengabaikan dimensi spiritual.

Di sinilah Psikologi Islam hadir, dengan landasan ontologi yang memandang manusia sebagai makhluk jasmani sekaligus ruhani. Dalam kerangka ini, pengetahuan tidak hanya bertumpu pada satu sumber, tetapi dibangun melalui epistemologi integratif yang menyatukan tiga dimensi sekaligus. Pertama, bayani, yaitu pengetahuan yang bersumber dari wahyu Allah berupa Al-Qur’an dan Hadis. Sumber ini menjadi fondasi utama untuk memahami hakikat manusia, jiwa, dan tujuan hidup sesuai ajaran Islam. Kedua, burhani, yakni pengetahuan yang lahir dari akal, logika, dan riset ilmiah. Pendekatan ini memungkinkan fenomena psikologis diuji serta dijelaskan secara rasional dan sistematis, sehingga menghasilkan pemahaman yang objektif. Ketiga, irfani, yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman batin dan intuisi spiritual. Jalur ini ditempuh melalui tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) dan kedekatan dengan Allah, sehingga melahirkan kebijaksanaan yang tidak sekadar bersifat intelektual, melainkan juga spiritual. Ketiga jalur pengetahuan ini, bayani, burhani, dan irfani saling melengkapi dan bersinergi. Perpaduan tersebut menjadikan Psikologi Islam mampu memandang manusia tidak hanya dari sisi rasional dan empiris sebagaimana psikologi modern, tetapi juga dari sisi spiritual yang mendalam. Pada akhirnya, epistemologi integratif ini bermuara pada aksiologi transendental, yakni pemanfaatan ilmu untuk penyucian jiwa dan pencapaian kebahagiaan sejati (sa‘ādah).

Psikologi Islam tidak menolak pencapaian Psikologi Barat, melainkan bersinergi dengannya untuk menghasilkan pemahaman yang lebih utuh tentang manusia. Selain memperkaya wawasan intelektual, Psikologi Islam juga memberi peluang besar bagi pengembangan diri mahasiswa. Melalui konsep-konsep seperti nafs (jiwa) dan qalb (hati), mahasiswa diajak mengenali kekuatan dan kelemahan diri, belajar mengelola emosi dengan cara yang sehat, sekaligus mengasah potensi diri. Studi ini tidak hanya membekali mahasiswa untuk membantu dirinya sendiri, tetapi juga mempersiapkan mereka menjadi agen perubahan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Acara ini dimoderatori oleh Inggit Ariyani Pratiwi, mahasiswa Psikologi Islam angkatan 2024. Suasana diskusi berlangsung hangat, penuh interaksi, dan diselingi dengan kebersamaan khas mahasiswa baru. Selain memperoleh ilmu yang bermanfaat, peserta juga mendapatkan kesempatan memperluas relasi. Bagi mahasiswa baru, NGOPSI bukan hanya ngobrol tentang Psikologi dan Psikologi Islam , melainkan pintu masuk untuk memahami bagaimana Psikologi Islam dapat menjadi jalan hidup: membimbing diri agar lebih baik, bermanfaat, dan berkontribusi bagi sesama. Ke depan, kegiatan diskusi seputar Psikologi dan Psikologi Islam di lingkungan Program Studi Psikologi Islam akan terus ditingkatkan, sehingga dapat menjadi wadah pembelajaran, pengembangan diri, serta penguatan identitas akademik mahasiswa. Informasi lebih lanjut mengenai Program Studi Psikologi Islam UIN Raden Mas Said Surakarta dapat diakses melalui akun resmi Instagram di pi.uinsurakarta.  (Tj*)

 

Menyelami Jiwa dan Ilmu: NGOPSI 2025 Hadirkan Wawasan Psikologi Islam yang Holistik