How to get out of a toxic relationship

Burjo Mayan 21 Kartasura, Jum’at 28 Oktober 2022 pelaksanaan “Ngopsi” (Ngobrol Psikologi) yang bertema tentang How to get out of a toxic relationship yang merupakan salah satu program kerja Departemen Keilmuan HMPS Psikologi Islam. Kegiatan ini dilaksanakan pukul 13.30 – 15.00 WIB.  Dengan pemateri ibu Su’ad Jauharoh S.Psi., S.Pd., M.A yang merupakan dosen Psikologi Islam dan moderator M. Sholahuddin yang merupakan pengurus HMPS Psikologi Islam UIN Raden Mas Said Surakarta tahun 2022. Kegitan ngopsi ini dihadiri oleh mahasiswa psikologi islam UIN Raden Mas Said Surakarta yang mayoritas semester 3. Program kerja ini dilaksanakan bertepatan pada hari sumpah pemuda, karena sesuai dengan output dari kegiatan ini yang membantu kalangan remaja untuk keluar dari lingkungan yang toxic.

Zaman sekarang tidak sedikit dari kalangan remaja menjadi korban toxic relationship. Toxic relationship tidak hanya dari lingkungan pasangan saja, adapun lingkungan yang memungkinkan adanya toxic relationship tidak lain adalah keluarga, teman kuliah, teman kerja dan bahkan kerabat dekatnya. Toxic relationship mayoritas membuat seseorang memiliki self-esteem yang rendah. Toxic relationship juga menyebabkan seseorang memiliki tinggkat self efficacy yang rendah pula.

Ngopsi kali ini membahas terkait apa itu toxic friendship  dan bagaimana cara kita untuk keluar dari toxic frienship. Simbiosis mutualisme sangat diperlukan terutama dalam relationship. Pertemanan yang saling membantu, menguatkan dan tidak ada rasa iri atas pencapaian temanlah yang membuat seseorang bisa meningkatkan self-esteem dan self-efficacy. Lingkungan pertemanan yang membuat seseorang tidak bisa menjadi dirinya sendiri dan merasa tertekan atau merasa dituntut merupakan lingkungan yang bisa jadi sumber toxic friendship.

Ngopsi kali ini juga sedikit membahas terkait toxic dalam keluraga. Keluarga merupakan lingkungan yang juga sering kita temui dan tidak jarang sebagian dari kita membagikan keluh kesah pada keluarga. Keluarga tidak menutup kemungkinan menjadi lingkungan yang toxic untuk kita dengan adanya tuntutan yang membuat self-efficacy kita rendah dan dengan membandingkan dengan sanak saudara juga membuat self-esteem kita rendah. Pola asuh orang tua tidak kalah penting dalam mempengaruhi self-esteem dan self-efficacy pada anak terkhusus pada remaja.

Relationship yang sehat akan membuat individu mudah berkembang. Dukungan dari relationship yang dimiliki oleh individu akan mempengaruhi semangat yang ada dalam diri individu tersebut. Keberanian individu untuk keluar dari toxic relationship juga sangat mempengaruhi kemajuan individu dalam memiliki relationship yang positif. Relationshipyang positif akan dengan mudah membuat individu menjadi produktif.